F Main peran dulu~ - Satpam Abbasea

Main peran dulu~

Di tengah semarak ujian yang sudah tidak semarak dulu, ada banyak hal yang berjalan bersisian di kanan kiriku, kadang ia berpindah ke depan dan menimpa wajahku—minta aku menghadapinya dengan mata terjaga. Kadang juga ia sekedar lewat di sekelilingku, menimpa teman-teman di sekitarku dan menciptakan benang rumit dengan sedikit percikan api. Pada kasus yang terakhir, aku diminta mengurai benang, dengan sebab karena salah satu pangkalnya ada padaku dan aku masih punya sedikit air untuk dibagi—untuk sekiranya dipercikkan demi menghalau api.

Pada kasus itu, aku bisa dengan tenang menerima pernyataan dari berbagai sisi—yang tidak bisa terungkap secara gamblang di mata pihak yang bersengketa. Setelah mendapat informasi dari sana sini, aku mengambil kesimpulan dan memberi sedikit buah pikiran, sekiranya bisa jadi nasihat bersama. Cukup sederhana mengurai benang orang lain. Hahah. Kenapa rumitnya benang sendiri sulit didamaikan. (Ya karena kamu pihak yang terlibat, makanya sulit untuk objektif dan berkepala dingin).

Dari kasus terakhir, ada beberapa hal tersurat yang bisa jadi pelajaran; cukup klise dalam ranah teori, namun nyatanya tidak semua sadar dan bisa menerapkan dalam tataran perbuatan.

- menjauhi berburuk sangka pada orang lain.
(memang lumayan sulit untuk menjaga prasangka baik pada seseorang yang sudah dicap buruk, pernah melakukan perbuatan buruk atau membuat luka di depan mata )

- setiap orang berhak atas masa depan yang lebih baik
(sebagai tindak lanjut dari kegiatan berbaik sangka tadi, ada kalanya kita perlu berpikir, ketika seseorang melakukan sebuah kesalahan, kita perlu berlapang dada memberi kesempatan dan menumbuhkan kepercayaan bahwa ia bisa jadi lebih baik, lagi-lagi meski itu sulit)

- menahan diri; secara lisan dan perbuatan pada hal-hal yang berpotensi buruk
(meluapkan amarah tanpa pikir panjang punya dampak besar)

- tabayyun
(jangan mudah percaya omongan orang kedua, dan seterusnya—meski itu teman sendiri, tanya langsung ke orang yang bersangkutan)

- meminta maaf, mengaku salah
(sulit, tapi kadang yang diperlukan seseorang yang hatinya dibuat sakit adalah permintaan maaf, secara lisan, dan konsisten pada perbaikan perbuatan)

Pesan lain yang tersirat dan tidak cukup klise(kurasa):

Pada kasus ini, setiap orang yang terlibat sengketa ternyata masing-masing tidak ingin dipandang buruk oleh lawan sengketanya (meski ia telah memberi label buruk dan berpikiran macam-macam terhadap orang lain, ia tidak mau orang lain berbuat demikian padanya) "jangan memandang buruk aku, jangan suudzon padaku ya!" mungkin begitu frasa yang tepat untuk mengungkapkan pikirannya.

Ada citra baik yang berusaha dipertahankan dari berbagai pihak, ia membuat benteng agar sekiranya ia tidak disalahkan, atau minimal sedikit saja kesalahan yang ditimpakan padanya. Dari situ akhirnya muncul pernyataan yang kurang terbuka dan transparan.

Ya, normal saja sih. Ego manusia.

Overall, aku tidak ingin sok jadi pahlawan seperti yang kurasakan di episode sebelumnya. Yaa, kali ini aku sedang kebagian peran jadi penengah, dan lumayan berhasil (tentu bukan karena aku mereka berdamai, toh memang belum damai) jadi kalau ada apa-apa yang terjadi, aku tidak perlu merasa terbebani bahwa haruslah tugasku untuk selalu adil, bijaksana, netral dan perfect. Mereka mengalir sesuai takdir tuhan, kan.

Lain kali mungkin Tuhan ingin aku berperan sebagai pihak yang lain. Who knows?


Selasa, 25 Januari 2022






CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar