F Al-Insan Hayawan Natiq - Satpam Abbasea

Al-Insan Hayawan Natiq

Ekstrakulikuler Kaligrafi Gamajatim

Ahad, 3 Januari 2021

Selama ini aku selalu tidak sadar bagaimana proses sebuah informasi bisa masuk dan diserap oleh otakku sebagai ilmu baru. Hingga suatu ketika aku tersadar ketika mengamati karakteristik teman-temanku di forum belajar  bersama.

Ada yang pintar sekali, suka bertanya dan menambahkan penjelasan. Ada yang pintar,  tapi tawaddhu'—tak banyak cakap. Ada yang biasa saja. Pendengar setia. Ada yang terlihat tidak bisa, tapi pemerhati yang baik.

Setelah mengamati dalam-dalam, aku jadi tahu, sebenarnya segala macam informasi itu diserap ke otak dengan cara yang sama. Cara menghafal lagu, mengerti jalan cerita di komik dan novel, hafalan surat dalam Al-Qur'an, juga berbagai pelajaran di sekolah— semuanya kurang lebih mengalami alur yang sama, namun dengan jangka waktu yang berbeda.

Jadi, ketika kamu merasa susah sekali memahami dan menangkap pelajaran, jangan risau. Itu namanya otakmu sedang berproses.

Cara pertama menyerap informasi adalah lewat panca indera. Telinga dan mata adalah dua komponen terpenting untuk meraba sesuatu. Sebuah informasi yang dibaca dengan mata, didengarkan oleh telinga, kemudian dicatat dalam tulisan akan menimbulkan atsar (jejak) di dalam kepala.

Lalu, bagaimana cara otak untuk memahami informasi itu? Repetisi. Semakin sering sebuah informasi diulang, otak akan menyimpannya menjadi memori. Bahkan beberapa informasi bisa masuk ke alam bawah sadar. Kemudian, memori itu akan keluar—dengan izin Allah, ketika kamu menjumpai permasalahan-permasalahan yang mirip. Jadilah kamu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang keluar di ujian dan latihan soal.

***

Salah seorang temanku yang biasa memimpin forum belajar bersama—kalau tidak salah—pernah bilang begini,

"Semua orang pada dasarnya sama. Dalam ilmu Mantiq, ta'rif (pengertian) Insan adalah Hayawan Natiq. Jadi, hakikatnya, manusia itu adalah makhluk hidup yang berakal. Dan ta'rif itu jami' (mencakup) dan berlaku bagi keseluruhan jenis manusia.  Baik itu yang waras, maupun yang 'disebut-sebut' gila.

Pada dasarnya semua manusia itu berakal. Namun, ada yang bisa digunakan dan ada yang sakit.

Pun sebenarnya kita ini sama. Ana dan antum itu sama (tidak ada yang lebih pintar satu sama lain). Cuma, ngga semua dari kita memanfaatkan dan mengasah otaknya (dengan serius dan sungguh-sungguh)."

Masuk akal.

Memang tidak semua orang bisa cepat belajar. Tapi bukan berarti orang itu tidak bisa belajar. Semua orang, selama dia punya panca indera, pasti bisa menerima pelajaran. Entah dia paham di saat itu juga, atau paham setelah pengulangan yang kesekian, atau, bahkan bertahun-tahun kemudian baru paham. Baru tahu. Oh.. ternyata ini toh, maksud guruku dulu.

Jadi, tidak perlu insecure.

Tidak ada orang yang bodoh. Temanmu yang kelihatan pintar dan cakap itu, sebenarnya hanya tahu ilmu lebih dahulu. Kejar saja.

Semua manusia sama.

Dalam ilmu Mantiq dan Tauhid, diterangkan bahwa ilmu itu terbagi dua. Ilmu yang Qodim (terdahulu) dan Ilmu yang Haadits (baru). Ilmu yang Qodim adalah ilmu Allah. Dimana ilmu-Nya itu meliputi segala sesuatu dan tidak didahului oleh ketiadaan. Sementara Ilmu yang Haadits itu milik kita, manusia. Dimana ilmu kita mulanya adalah ketiadaan. Kita awalnya tidak tahu. Tidak punya pengetahuan apapun hingga Allah menganugerahka kita ilmu.

Sepintar-pintarnya manusia, ilmunya ada pada taraf Haadits. Bermula dari ketiadaan dan akan menjadi tiada pula jika Allah menghendakinya. Sekali lagi, kita semua sama.

Sudah tahu begitu, maka apa ada alasan untuk insecure dan merasa payah belajar?


CONVERSATION

1 komentar: