F Berkah Ramadhan dalam Pandemi - Satpam Abbasea

Berkah Ramadhan dalam Pandemi

Buka soto 2 - nnk
Buka sambel uleg - nnk
Buka ayam masywi - nnk
Buka ikan bakar - nnk
Buka ayam bakar - nnk
Buka kuftah Baba - nnk
Opor ayam Idul Fitri 1441 - nnk

Selasa, 26/05/2020

Ramadhan tentu banyak berkahnya. Bahkan di masa sulit saat pandemi COVID-19 menyerang pun Ramadhan tetap istimewa dan membawa kesan berarti.

Rasa-rasanya banyak sekali cerita, hikmah, dan hal-hal unik dari Ramadhan tahun ini yang  berseliweran di beranda media sosial saya.

Yang paling sering disebut-sebut adalah, agaknya virus ini sejatinya memfasilitasi kita untuk lebih dekat dengan orang-orang di rumah.

Awalnya saya tidak percaya. Saya lihat, di awal merebaknya virus, kok orang serumah pada mengurung diri terus di kamar. Bahkan untuk sekedar bertegur sapa antar penghuni  rumah saja menunggu " jam ambil jatah makan". Selain itu, Good Bye! Wassalam.

Sedihnya..

Tapi Ramadhan datang dengan kabar gembira. H-2 Ramadhan kami mengadakan tandhif akbar atau bebersih besar dalam rangka menyambut bulan suci. Setelah itu jadwal piket masak dirombak total. Yang awalnya sehari satu orang harus memasak sekali saja, saat Ramadhan kami harus masak dua kali—untuk sahur dan buka, jadilah kami adakan kopyokan di kertas. Hasilnya, ada 2 orang partner koki dalam sehari. Jadwal imam tarawih pun disusun sedemikian rupa. Ada Imam, bilal dan juga badal.

Hari pertama Ramadhan disambut begitu meriah oleh pasangan koki di kloter satu. Ada takjil, menu utama lengkap dengan minumannya. Tak henti-hentinya kami berceloteh sambil memuji betapa niatnya pasangan piket hari itu menyiapkan hidangan. Kakak-kakak yang biasanya terlihat garang dan kaku, kali ini dengan penuh semangat melontarkan hal-hal kocak dan seru. Suasana rumah perlahan hidup.

Satu lagi. Mungkin gara-gara saking senangnya dan demi ta'dhim terhadap bulan suci ini, salah seorang teman kami bahkan rela mencuci piring kotor bekas makan sebulan penuh!
Maasyaallah..

Saat adzan isya' berkumandang, kami segera merapat di ruang tengah. Bersemangat kami menggelar karpet yang walau sudah robek sana-sini tetap saja disayang. Jamaah khidmat dan khusyuk hingga solat witir selesai dilaksanakan.

Hari berganti hari, tak heran jika semangat kami mulai kendor. Suhu semakin panas, badan mulai lelah, salah paham juga biasa.

Shalat tarawih yang tadinya ramai dengan 8 orang jamaah, di pertengahan bulan mulai sepi. Entah ditinggal karena memang berhalangan solat atau karena salah paham terkait bilangan rakaat. Kami bingung.

Namun di tengah balada jamaah yang kian menyusut, ada hal yang terus-menerus bertambah setiap harinya,

menu berbuka.

Ya. Ini efek yang ditinggalkan dari pasangan piket kloter pertama. Hidangan lengkap yang menggugah selera membuat kami berlomba-lomba menghidangkan makanan yang lebih baik di hari piket berikutnya. Menu yang sama pun kami tidak rela. Yang bikin pusing adalah, piket masak kali ini durasi putarannya lebih pendek dari biasanya—4 hari sekali, dengan 2 menu yang harus disiapkan tiap harinya.

Walhasil, kami harus Googling, buka You Tube, tanya menu ke sana-sini. Setiap Video Call dengan keluarga yang ditanya,

" Umik, tadi masak apa?"
" Mik, kalo ayam enaknya di masak gimana?"
" Emang kalo dimasak gitu temen-temen bakal suka, ya?"

Wkwkwk. Lucu sih, asli. Mau masak aneh-aneh tapi terhalang minimnya skill, minimnya bahan pokok asli Indonesia, minimnya rempah-rempah, ketiadaan kulkas, dan selera 8 orang yang berbeda. Ada alergi ini itulah, hobi makan yang gosong-gosonglah, yah pokoknya unik-unik gitu. Hahah.

Jadi terbayang beratnya Umik yang harus masak tiap hari. Banyak orang yang harus diurus. Sendirian. Dengan setumpuk tugas lain yang masih menggunung. Harus membagi perhatian ke sana-sini. Terus anaknya gamau bantu. Males-malesan. Duh.

Pasti super capek ya mik :"(   Jazakillahu Ahsanal Jaza'...

Alhamdulillah.. Ramadhan dengan segala berkah serta tambahan drama-drama kecil di dalamnya, berhasil kami lalui.

Masih terkenang sore-sore harus selalu ke pasar untuk beli balok es karena nggak punya kulkas. Walaupun seringnya balok es segede ember yang biasa kami beli dengan harganya 5 le itu harus bernasib tragis. Dibiarkan meleleh jika nggak ada yang sanggup menghabiskan. Hahah.

Atau, reaksi panik kami ketika menu yang sudah dirancang dan dipikirkan sedemikian lamanya ternyata keduluan dipakai partner piket lainnya. Sementara menu olahan ayam di YouTube sudah khatam kami tonton semuanya, dan masih saja ga ada yang cocok. Wkwk.

Sebulan penuh berbuka dengan berbagai macam olahan ayam serta sesekali ikan membuat kami sangat bersyukur masih bisa menjalankan ibadah Ramadhan dengan tenang dan berkecukupan pangan. Bahkan beberapa menu kami bisa dibilang mewah dan belum pernah kami makan di Indonesia sebelumnya.

Dan yang terakhir, sumpa. Ini cuma perasaan pribadi atau memang nyata adanya. Kami merasa skill memasak kami grade-nya naik beberapa level. Hahah. Intinya, jadi nggak lagi canggung ataupun merasa asing dengan dapur dan berbagai isinya. :))

Alhamdulillah..
















CONVERSATION

2 komentar:

  1. Sebulan berarti piket 5x?
    Menu yang mbak Nad masak yo itu thok tah

    Kok ganok menu minumannya?

    BalasHapus
  2. Sebulan piket 7 kali, banyak banget fotonya menunya yg udh difoto, tapi ga tak masukkan kabeh. Iku ada minume loo

    BalasHapus