F Memanusiakan manusia - Satpam Abbasea

Memanusiakan manusia

Menyenangkan!

Ini adalah minggu ketiga kami membawakan makalah hasil karya sendiri. Makalah pertama dengan judul Dinamika Cinta Satu Amin Dua iman jadi trial error karena terasa sedikit melenceng dari hadis utama, gaya pembawaannya yang kurang 'ilmiah' mengundang kritikan di sana-sini meski masih dalam koridor sewajarnya. mengingat pemateri pertama pasti belum mengenal jalannya diskusi makalah dan butuh pemakluman.

Makalah kedua berjudul Islam dan Peranannya Mengikis Perbudakan milikku juga ternyata dihujani teman-teman dengan pertanyaan dan kritikan—yang tentunya lebih teliti dan tajam, karena perfeksionitas yang ingin dibangun sejak minggu pertama diskusi.

Dan kali ini, tekanan diskusi lebih berat. Akumulasi dari masukan-masukan yang dilontarkan dua minggu sebelumnya sukses menghantui penulis yang jatahnya maju. Beban moral berupa 'makalah yang harus perfek', begadang menyelesaikan makalah berkejaran dengan waktu plus kritikan dari peserta diskusi pasti bisa bikin mental ambyar.

Makalah ketiga berjudul Eksistensi Humanisme dalam Interaksi Sosial benar-benar dibantai dengan cara yang tidak humanis! Hahah.

Namun demikian, serangkaian pertanyaan, perdebatan, guyonan, kritik dan masukan sejatinya adalah proses belajar.

Belajar jadi pemateri sekaligus penulis makalah punya tingkat kesulitan tertinggi. Tak hanya dituntut untuk paham kandungan sebuah hadis, penulis juga harus bisa memunculkan sisi lain yang unik untuk dikaji pada makalahnya nanti. Belum lagi mencari riwayat, takhrij, dan kedudukan hadits, ditambah pula dengan catatan kaki yang mengumpulkannya tidak bisa asal comot sana-sini lewat internet. Lalu, karya yang sudah dibuat susah payah itu pun akhirnya harus rela dibantai, sungguh nahas sekali.

Pun begitu halnya belajar jadi moderator. Harus siap mengulas gambaran umum makalah, memberikan pantikan pertanyaan, mencatat hasil diskusi, dan menyimpulkan segala hal yang kami ucapkan serampangan di sela-sela gelak tawa. Tidak mudah lo.

Belajar jadi peserta yang aktif juga tidak kalah penting. Apa jadinya kalau peserta tidak memahami bahkan membaca makalah dengan baik, tentu diskusi bakal seret karena tak ada pertanyaan berkualitas yang muncul. Bertanya dan memberi sanggahan butuh referensi, disampaikannya pun perlu etika. Jadi, semuanya kebagian porsi untuk belajar sesuai peranannya dalam diskusi.

Benang merah yang dapat kutarik dari diskusi makalah mingguan ini adalah pembelajaran tentang bagaimana kita mengungkapkan sebuah ide yang tergambar di kepala dengan runtut, baik, dan memahamkan. Tentunya kegiatan diskusi akan lebih sempurna ketika segala masukan dan kritik disertai keinginan untuk berubah lebih baik dan terus mencoba. Hehe. Enjoy!

Sabtu, 02 Oktober 2021


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar