F Yang kadang terdengar asing di telinga - Satpam Abbasea

Yang kadang terdengar asing di telinga






Rabu, 30 Juni 2021


Lagi lagi setting cerita ini di bis.

Seperti biasa aku duduk di depan dan orang-orang bergantian masuk. Pada masuknya penumpang yang kesekian, ada bapak-bapak masuk. Seperti lazimnya warga lokal ketika hendak naik bus, sesaat sebelum membayar karcis, orang-orang pasti menegaskan ulang ke mana bus ini hendak membawa mereka.

"Abbasiyah?" Bapak-bapak bertubuh gempal itu bertanya.

Suaranya lucu, hmm. Terdengar sedikit nyaring dan tidak merakyat—ehm maksudku, ia berbicara dengan logat yang tidak biasa dipakai penduduk lokal. Aku curiga ia orang asing. Atau, jangan-jangan suaranya memang lucu dari sananya.

Pertanyaannya dijawab seloroh "ooh" oleh bapak sopir. Suara yang terbentuk dari bibir yang membulat itu menandakan arti setuju secara simpel. Fungsinya sama seperti kata-kata "hemm" atau "yoo" di bahasa Jawa.

Oke. Kembali ke bapak-bapak bersuara lucu. Ia membawa serta temannya dengan perawakan yang sama, berwajah brewok kaukasoid dan bertubuh gempal tidak terlalu tinggi. Kemudian terjadilah percakapan yang tidak bisa kutangkap artinya sama sekali.

Fix, wafidin. Mereka ternyata benar-benar orang asing.

Mulanya kukira bapak-bapak berdua itu orang Turki; dari wajahnya. Setelah kudengar-dengar lagi, mereka berbicara seperti Masha dan Mishka. Okey mungkin mereka orang Rusia atau dari negara-negara pecahan Uni Soviet.

Meski nggak tahu apa yang diomongkan, aku terus menyimak. Sambil sesekali kupingku menangkap pembicaraan lain; orang-orang bertelepon, suara penumpang yang naik, dan suara jalanan. Aku tahu menguping itu tidak sopan, tapi kupingku tidak bisa berhenti menangkap suara. Jadi, yah. Apa boleh buat.

Menyimak obrolan orang-orang Eurasia yang tak kuketahui sama sekali maksudnya, menangkap sedikit maksud dari obrolan orang Mesir di sekitar meski tak bisa menimpali, membuatku sadar bahwa sistem tata bahasa itu sungguh ajaib.

Seseorang dari daerah yang sama bisa sangat mengerti satu sama lain hanya dari suara-suara acak yang keluar dari mulut-mulut mereka. Bersamaan dengan itu, orang lain hanya bisa melongo dan sungguh tidak paham. Satu hal familiar yang bisa ditangkap telinga dari obrolan-obrolan panjang itu hanyalah suara orang berkumur.

Oh, jadi seperti ini rasanya jadi orang Mesir ketika mendengar wafidin bicara. Agak aneh.

Tapi tetap saja bahasa sungguh ajaib.

Ada lagi yang unik. Jadi begini, ketika kau datang kondangan dan qori' membacakan tilawah tentang ayat-ayat nikah yang umum itu, jika kau mampu, coba dengarkan lebih seksama sebuah ayat setelahnya. Surat Ar-Rum ayat 22 yang bunyinya begini,

وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ خَلْقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَٰنِكُمْ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّلْعَٰلِمِينَ

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui."

Aku berpikir, kenapa pada akhirnya bahasa menjadi salah satu ayat kauniyah (tanda kebesaran Allah di alam semesta) yang disebutkan setelah penciptaan langit dan bumi?

Ya. Karena bahasa dan segala hal yang berkaitan dengannya memang begitu ajaib dan luar biasa.

Seingatku, dulu di pelajaran sastra Indonesia, disebutkan bahwa bahasa merupakan produk berpikir manusia. Lebih tepatnya, bahasa merupakan sarana yang digunakan manusia untuk mengungkapkan apa yang ada di kepala mereka. Bahasa juga berfungsi sebagai simbol yang mewakili suatu hal atau pemikiran tertentu.

Dengan bahasa, manusia bisa mengemukakan gagasan dan ide, kemudian menyusunnya menjadi sebuah konsep pengetahuan yang bisa dipelajari banyak orang. Ya. Bahasa melahirkan tatanan ilmu pengetahuan yang terstruktur.

Bahasa bisa berbentuk lisan berupa suara seperti yang biasa kita dengar dan gunakan bercakap-cakap, ataupun non lisan seperti lukisan-lukisan purba di dinding gua, hieroglif, aksara-aksara kuno di prasasti, juga tulisan-tulisan di media cetak dan elektronik.

Bahasa itu dinamis dan terus mengalami perkembangan. Kekayaan dan perkembangan suatu bahasa berbanding lurus dengan peradaban yang menyertainya. Semakin maju peradabannya, semakin berkembang bahasanya. Pun nantinya, ketika masa kejayaan sebuah bangsa telah lewat, ada sebuah sarana yang bisa menceritakan kepada generasi setelahnya tentang pemikiran-pemikiran luar biasa para tokoh di zaman itu. Yap, sarana itu berupa bahasa, yang dituliskan lewat prasasti.

Hmm jadi intinya, aku hanya mau bilang bahwa bahasa itu memang luar biasa. Ya, cocoklah kiranya disandingkan dengan ayat kauniyah berupa penciptaan langit dan bumi. Lebih-lebih bahasa adalah bukti nyata bahwa kita ini manusia (dalam artian hayawan natiq). Karena tatanan bahasa dan keilmuan tidak mungkin keluar dari makhluk yang tidak berakal (selain manusia).

Yak, sekian. Terimagaji.

Note:
- Tulisan ini berisi opini tanpa referensi dari kitab apapun, hanya pengamatan terhadap dzohir ayat dan sisa-sisa hasil belajar.
- Jika ada yang ingin mengoreksi, menambahkan, atau membenarkan, waktu dan tempat dipersilakan.
- Teks ayat diambil dari: https://tafsirweb.com/7386-quran-surat-ar-rum-ayat-22.html


CONVERSATION

2 komentar:

  1. Termasuk yang ajaib para tunarungu atau bisu menghafal Qur'an dengan bahasa isyarat.. yg menciptakan bahasa isyarat itu termasuk orang yg dikaruniai Allah ilmu luar biasa

    BalasHapus