F Lampu Malam Ramadan - Satpam Abbasea

Lampu Malam Ramadan


Sol dan Pra










Sol dan Pra bosan di rumah. Sedetik setelah saling melempar pandang mereka cekikikan. Rupanya mereka berencana kabur sebentar.

Kompor, air dan lampu di rumah sudah dipastikan mati. Syut. Mereka berdua melesat melewati jendela kamar menuju atap.

Jdug. Sol yang baru sampai di atap terantuk  punggung Pra yang diam mematung.

"Ada apa, Pra?" Sol beringsut mencari ke arah mana saudaranya itu menganga.

"Itu-" Telunjuk Pra mengarah ke tengah kota. Kelap-kelip warna-warni menghiasi setiap sudutnya.

"Oh my god! it's Adorable!" Sol menganga takjub sambil berputar-putar. Sesekali ia berteriak, "Wuhuuuuuu..." Ia girang dan tak sabar untuk main lebih jauh.




Sepersekian detik berikutnya dua bersaudara itu sudah lompat ke sana ke mari bagai bajing. Berjingkat-jingkat dari untaian lampion satu ke lainnya. Menyusuri gang-gang sempit yang rimbun pernak-pernik. Mendekat ke lampu warna-warni dengan kerangka besi, mencermati bagian mana yang membuat lampu itu bisa bersinar cantik.

Di perjalanan lompat-lompatan itu mereka tidak begitu banyak bertemu orang berkeliaran.

"Ke mana orang-orang, Pra?"

"Tentu saja tarawih."

"Ah, iya. Benar. Apakah seluruh umat muslim tarawih?"

"Menurutmu?"

"Tidak."

"Nah."






Pra melambatkan tempo lompatannya. Menoleh ke arah Sol yang lama-lama jalannya makin tak tentu arah kemudian menyeretnya. "Ayo balik."

"Aah.. aku masih ingin main-main." Sol merengek. Pra menatapnya dalam-dalam.

"Oke, oke. Aku kembali." Dengan berat hati Sol melepaskan genggamannya dari lilin-lilin cantik yang tak jadi ia bawa pulang.

Di perjalanan pulang seperti biasa Sol berceloteh panjang lebar.

"Pra. Bapak sopir bus itu tidak pernah ikut tarawih, ya.."

"Hm?" Pra memastikan pendengarnya.

"Iya. Bapak polisi dan penjaga juga. Mereka ngga ikut."

"Lalu?"

"Ya. Sayang, kan. Ini ramadhan lo."

"Kamu sendiri?"

"Hehe. Kan bukan manusia." Sebuah jitakan mendarat di kepala Sol. "Iya, iya. Maap!"





"Terlepas dari manusia atau bukan, tentu mereka punya alasan. Kamu ngga perlu repot-repot mengomentari mereka. Malah, menurutku mereka itu berjasa tanpa sempat diapresiasi.

Kalau tak ada pak sopir, bagaimana nasib orang-orang yang hendak ke masjid tapi rumahnya jauh? Kalau tak ada pak polisi dan penjaga siapa yang bakal menertibkan massa sebegitu banyaknya? Bisa-bisa kacau dan tidak khusyuk sholat orang-orang.

Mereka mengorbankan keutamaan jamaah  demi bisa dirasakan orang banyak. Bukankah itu keren? Ibadah sesuai profesi."

Sol menganga.

"Sudah. Jangan hiperbola. Aku bawa ini, mari pulang." Pra membuka tangannya yang sedari tadi tergenggam. Beberapa untaian lampu tumblr warna-warni.

Sol terpekik, "Kapan kau mengambilnya?"

Pra hanya nyengir kemudian melesat ke jalan pulang.

"Tungguuu!"

****

Jumat, 16 April 2021

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar