F Terimakasih Ammu - Satpam Abbasea

Terimakasih Ammu

Pulangdeel-nnk

#Se-fruit kisah maba cupu di pertengahan Februari 2020.

Sudah terhitung tiga kali ini aku berani naik angkutan umum sendiri tanpa diantar-jemput oleh kating. Tapi saat pulang daurul lughoh kemarin, benar-benar sendiri, tanpa ditemani duo sohibku yang memang sama-sama anak baru. Mereka ke Darrosah untuk tahsin di masjid Sholeh Ja'far. Jadilah aku pulang sendiri ke Abbasea.

Aku menatap jerih sopir sopir angkot—tremco yang sudah berbaris rapi di bahu jalan. Tumben hari ini tremco ke arah Ramsis sepi. Aku tak berani naik. Takut diculik. Hehe.

Akhirnya aku nekat untuk naik tangga dan memilih menyetop tremco di jalan besar di ujung seberang sana. Siapa tahu ada tremco berisi mama mama Mesir di dalamnya, agar rasa takutku sedikit berkurang. Di seberang jalan aku menunggu sendirian. Benar-benar masisirwati seorang diri. Hanya ada warga Mesir di tempatku menunggu tremco.

Banyak tremco yang lewat tapi jurusan Ramsis selalu nihil. Ada apa gerangan? Padahal biasanya tumpah ruah. Aku mulai cemas. Jangan jangan aku salah tempat.

Baiklah, akan kutunggu beberapa bus dan tremco lagi. Beberapa kali kudapati bus besar lewat dengan tulisan Ramsis di kaca depan mereka, tapi aku nggak pernah naik bis untuk pulang sebelumnya. Aku takut salah jalan. Kuurungkan niatku untuk naik.

Setelah beratus detik berlalu, akhirnya tremco jurusan Ramsis muncul juga. Segera saja aku naik. Dan setiap kali naik angkot inilah perasaan cemas selalu menyergap. Ngantuk tapi nggak bisa tidur begitu saja. Aku takut tersesat di negeri yang baru kupijak dua Minggu ini. Aku was-was.

Sepanjang perjalanan mataku tak henti-hentinya menatap bangunan di pinggir jalan. Memastikan bahwa memang ini jalan yang biasanya kulalui. Dan aku bersyukur ternyata aku berada di rute yang benar.

Aku turun di metro Damardasy dekat tangga. Aku menghampiri ammu penjual alat tulis yang duduk lesehan di pojokan tangga kemudian membeli pensil warna dan stabilo—dengan harga masing-masing 10 geneh—untuk tugas kaligrafiku.

Jalanan pasar Damardasy tetap ramai seperti biasanya. Banyak barang murah meriah yang bisa kau pilih untuk dibawa pulang. Melewati jalanan dengan berbagai macam dagangan sukses membuatku melupakan lelahnya perjalanan.

Di ujung pasar ada sebuah gerbang tinggi dengan gapura milik Rumah Sakit Jamiah Ainus Syams. Di sebelahnya kanannya, dihimpit gerbang dan ba'alah—toko kelontong, ada jalan sempit yang menghubungkan pasar dengan rumah sakit. Kurasa ribuan orang biasa berlalu-lalang di sana setiap harinya.

Setelah berjalan menembus jantung rumah sakit, di ujung sana terlihat gerbang keluar dengan gapura coklat. Di seberang jalan itu, ada jalan menuju rumah. Aku keluar gerbang dan segera menyeberang jalan raya. Karena belum mahir menyeberang jalan raya Mesir yang super padat dan absurd, aku terburu-buru berlari. Tanpa kusadari pensil warna baru yang kugenggam di tangan terbalik menghadap ke bawah. Isinya tercecer di jalan!

"Aduh, mati aku! Mana pensil warna masih baru, mau dibuat tugas pula!"

Daripada semakin malu dilihat orang, aku memungut pensil warna yang jatuh berserakan dekat dengan kakiku dan membiarkan sisanya tergeletak di tengah jalan raya penuh mobil dengan tatapan jerih.

" Selamat tinggal pensil warna baruku!"

Aku membalik badan dengan lunglai. Tiba-tiba seseorang di belakangku berteriak. Entah kenapa sepertinya dia memanggilku. Aku menoleh. Ia berkata dengan bahasa Mesir yang sama sekali asing bagi kupingku. Yang kutangkap darinya hanyalah, aku disuruh tunggu sebentar.

Aku terpana melihat apa yang bapak itu kemudian lakukan. Ia berbalik badan menuju jalan raya, merentangkan tangannya menyetop kendaraan yang lewat, dan memungut pensil warnaku yang berceceran. Betapa terharunya aku!

Aku hanya bisa terbata-bata mengucapkan Syukron ketika bapak itu mengembalikan pensil warna ke tanganku kemudian pergi begitu saja.

Huhu.. aku senang sekali.. pensil warnaku kembali! Lebih senang lagi, ternyata di tanah yang penuh orang Arab ini, aku tak dianggap alien, dan dibantu. Terimakasih Ya Allah.. :D


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar