F Hakikat Sebuah Gawai - Satpam Abbasea

Hakikat Sebuah Gawai

Hakikat sebuah gawai - satpam abbasea

Ahad, 19 Juli 2020

Entah pagi hari atau malam sebelumnya. Ponsel pintar milikku mendadak pingsan. Namun bukan sekedar pingsan, ponselku mirip-mirip orang kemasukan barang gaib. Ia hilang sadar, kemudian siuman. Sedetik kemudian hilang sadar, lalu siuman lagi. Begitu seterusnya jika tombol power tidak segera ditekan.

Aku tahu semua ini ulahku. Aku sering memperlakukannya dengan tidak baik dan semena-mena. Lalu puncaknya kemarin, tanpa rasa sabar, sesaat setelah WiFi terhubung, tanpa capcus, WhatsApp serta merta aku buka. Daan, Bzzzzt.. itulah awal mula ponselku mulai atraksinya, kesurupan.

Tentu saja aku kalang kabut, mayoritas anak muda juga pasti kalang kabut. Rasanya hidup yang semuanya tercurah di seonggok gawai sedang menghadapi sakaratul maut.

"Bagaimana jika ini? Bagaimana jika itu? Aku harus bagaimana? Mengapa tiba-tiba begini?"

Pertanyaan-pertanyaan naif berkelibat menyerang kepalaku. Sungguh aneh. Padahal bukan nyawa sendiri yang sedang terancam. Kenapa manusia begitu panik?

Setelah beberapa saat ditikam rasa panik yang tidak menyelesaikan masalah, aku coba bernegosiasi dengan ponsel yang konon disebut-sebut lebih pintar dari pemiliknya ini. Kucoba tenang lalu mulai me-restart ponsel, daan.. berhasil. Ponselku nyala kembali, dalam keadaan demam. Saat itu aku tahu bahwa ponsel ini mulai mati-nyala saat terhubung dengan koneksi internet, baik itu WiFi maupun paket data dan baru bisa digunakan setelah di-restart.

Di kesempatan yang sempit itu aku segera menelepon Ayah, sang juru perangkat pintar. Mengetahui bahwa kasus yang terjadi ini sama seperti error yang dulu di awal pemakaian ponsel, saran yang diberikan oleh ayah adalah, "Beli hape baru!"

Aww. Bukannya aku tidak mengharapkan ponsel baru, tapi seharusnya ponsel ini bisa bertahan lebih lama di tanganku, jika saja aku memperlakukannya dengan baik dan sesuai prosedur.

Baiklah, sudah cukup paniknya. Siang itu aku mulai menuruti apa kata ayah untuk segera mengganti nomor WhatsApp dengan nomor Mesir, yang sejujurnya tak kuketahui tujuannya apa selain menghilangkan "my precious connected contact"—yang jumlahnya ratusan. Hiks.

Tugas itu kulanjutkan dengan menilik ponsel di situs Amazon Mesir, Souq. Aku diutus memilih varian ponsel yang cukup bagus spesifikasinya dan ramah di kantong tentunya. Apesnya, semua hal tadi butuh internet, dan untuk menggunakan internet, lagi-lagi aku harus melobi ponselku baik-baik supaya ia jinak dan menurut.

Setelah berulang kali berkejaran dengan mati dan nyalanya ponsel, aku tersadar akan sesuatu. Ternyata, ponsel yang kukira tengah mengidap epilepsi ini, sungguh-sungguh, haqqul yaqin sehat wal afiat jika tidak terkoneksi dengan internet. Ia bisa tahan berjam-jam lamanya melek menemaniku membaca novel offline, mengedit teks, sampai menulis kalimat ini. Ini sudah 7 jam ponselku bertahan tanpa kesurupan!

Kesimpulannya, mungkin ponselku ada pada fase lelah. Pun mungkin ia ingin menasihati dan membuatku bangkit dari hal-hal kurang berfaidah yang kulakukan di kubangan sinting internet. Ponselku ingin pemiliknya tahu, hakikat sebuah gawai adalah membantu pembelajaran, menambah wawasan, dan mempermudah komunikasi, bukan malah membuat pemiliknya jatuh dan disetir dalam candu. :)


CONVERSATION

1 komentar:

  1. Buat foto2 dan video Sik apik mbak.. itu video yg dikirim ke man , pakai hp ini kan?

    BalasHapus