Aku baru saja menyadari bahwa rentang waktu yang kutinggalkan di tulisan sebelumnya menuju ke tulisan ini adalah dua bulan setengah. Waktu yang cukup lama dan tidak bisa dibilang tidak ada apa-apa di dalamnya. Banyak hal terjadi tapi tidak ada yang cukup kuat mendesakku untuk memilih menulis di sini sebagai puncak kebutuhan tertinggi.
Dan begitulah dua bulan setengah yang kuhadapi dengan mengerjakan tugas-tugas di depan mata mengantarkanku pada keterasingan dan rasa bosan. Uang sudah menipis, tanpa pendapatan, tanpa teman seperantauan, tanpa buku-bukuku, tanpa majelis talaqqi, diskusi, serta tanpa tuntutan apa apa.
Aku mencoba bertanya, apakah boleh sehari-hari hanya bangun untuk makan, mandi, tidur, berjalan sedikit ke sekitar rumah dan tidur lagi? Apakah yang demikian boleh dikategorikan sebagai kegiatan yang manusiawi? Ini baru dua hari dan aku begitu khawatir siklus bangun untuk makan ini berulang dan aku hidup sia sia.
Aku rasa manusia bisa mati saking bosannya mengerjakan hal itu-itu saja. Terlebih harusnya ada yang bisa kulakukan, meski merasa tertinggal dari dunia yang biasa kuhidupi, dunia yang berjalan seru dan baik-baik saja tanpa aku.
Aku kepikiran untuk mencari uang lewat hape, modalku satu-satunya. Tapi yang direkomendasikan oleh orang-orang di yutub hanyalah hal-hal yang tidak dapat kupahami dan bikin ragu, semacam investasi bodong yang mencurigakan semua.
Kemudian aku menemukan Pak Martin Suryajaya, salah satu orang favoritku, orang pintar yang bahasanya mudah dan lugas, berbobot tapi masih bisa dicerna oleh otakku ini. Pas sekali beliau sedang bercerita tentang awal karirnya menjadi seorang penulis filsafat. Dimulai dari kegemaran menulis ulang kisah fiksi based on game saat SD hingga puncak kesepian saat kuliah yang mendorong beliau untuk menulis topik topik berat filsafat—yang memang sudah beliau baca sejak SMP.
Dari cerita beliau, aku bisa lega bahwa segudang kebosanan ini bisa teratasi dengan terus membaca dan menulis, entah apa manfaatnya nanti, yang jelas, ketiadaan ponsel dan perangkat pintar tidak menjadi rintangan bagi seseorang untuk melakukan sesuatu dan menjadi penyembuh bagi dirinya sendiri.
Jika kuhitung secara kasar, harusnya masih ada lebih dari 30 buku yang tersisa di rumah ini, dengan estimasi satu bulan 10 buku, kurasa rasa bosan harusnya bisa teratasi dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar