Penghujung tingkat dua ini rasanya lumayan menegangkan. Kuliah di Azhar fakultas ushuluddin itu punya dua kali rasa dag-dig-dug milih jurusan. Yang pertama di awal maba, yang kedua ya saat saat kaya gini, termin dua. Tahun depan penjurusan; tafsir, hadis, atau akidah filsafat.
Akidah filsafat resmi dicoret demi kesehatan mental orang tua dan batinku sendiri. Yang tersisa itu jurusan tafsir dan hadis. Dulu sih pinginnya masuk tafsir karena pingin tahu lebih banyak tafsiran surat-surat yang kuanggap mutasyabihat dan bikin kepo. Tapi sekarang jadi ga pingin pingin amat. Mungkin ini efek dari jauhnya Quran dariku.
Entah ya, jadi pingin masuk hadis. Karena selama ini pelajaran hadis belum kuketahui secara mendalam, apalagi hadis tahlili, beuh. Angel. Hii tapi agak serem juga sih. Nanti kalo aku pas males dan maddah (matkul) nya susah, pie?!
Tapi yaudah sih ya. Apapun yang dipilih, ngga bakal membahayakan jiwa kok. Kalo merasa salah jurzusan, ya berarti kurang ngoyo usahane. Selama ini milih jurusan dan sekolah juga ngga pake mikir tapi tetep survive, to?
Nanti, kalo misal jadi ambil hadis, ya dia akan jadi tanggung jawab dan identitas yang harus kupersiapkan jauh jauh biar ngga kerasa soro. Lalu tafsir akan jadi hobi yang kusuka (mau baca baca sendiri maddah anak tafsir). Dua hal ini fungsinya buat mengisi tangki hatiku yang suka bocor dan merasa kosong. Mungkin memang ngga secara langsung memperbaiki, tapi bisa jadi wasilah in syaa Allah. Sementara filsafat juga bakal jadi hobi di luar kampus, buat menyeimbangkan nalar. Yap, jadi tangki pengisi akalku (Uwuu).
Jadilah aku ultragirl ushuluddin, hahah. (Amiin) —ini cita-cita lahiriahku.
Cita-cita batiniah lebih ke Quran semua, sih. Dua hal;
Quran itu sendiri sebagai naqsyan marquman wa lafdzon mantuqon (maksudnya ya bisa istiqomah mulazamah sama Qur'an; baik diberi kelancaran 30 juz atau lainnya).
Lalu Qur'an sebagai cita-cita emosional. Apa ya, aku kan belum punya banyak cita-cita dan kurang bisa mendeskripsikan sampe 100 kaya orang-orang, makanya biar aja semua kebaikan di kandungan Quran jadi cita-cita dan doa.
Jika aku diperkenankan untuk bisa bertanggungjawab dan mumpuni dalam identitas keazharan dan jurusanku, serta mempertahankan Quran dan hobi-hobi baik (baca, tulis, diskusi) + (talaqqi, bismillah yaa Allah) maka aku bisa menjadi bukti bahwa Azhar sudah komplit karena mahasiswanya secara individu sudah memenuhi standar. Jadi sistem pendidikan Azhar ngga perlu diperdebatkan. Hmm ini kampus terbuka, nggak saklek dan semua bisa belajar dan menggeluti minat bakat di mana mana. Kurang enjoy apa?
Senin, 13 Juni 2022
pelajaran berharga
0 komentar:
Posting Komentar