F Renungan orang puasa; kuliah, cita-cita dan identitas diri (bagian satu) - Satpam Abbasea

Renungan orang puasa; kuliah, cita-cita dan identitas diri (bagian satu)






Ramadan sudah berlalu lama dan aku baru mulai puasa lagi, nyaur tentunya. Di musim panas aku memilih puasa di dalam rumah saja, hari tanpa agenda luar dan tanggung jawab kepada orang lain. Lebih aman dan mudah.

Dipikir-pikir, keutamaan puasa itu banyak, sama seperti ibadah-ibadah lain juga. Tapi aku sendiri selama ini (atau agaknya akhir-akhir ini) suka melabeli bahwa sesuatu yang efeknya ngga terlalu logis, ngga muncul secara lahiriah dan bisa diindera itu sesuatu yang kurang mengena di hati. Hmm kurang meyakinkan lah basane.

Tapi puasa hari ini, yang bertepatan dengan h-1 ujian tafsir memaksaku buat berusaha lebih; ngaji dan belajar (semampuku +disambi rebahan dan tidur santuy) dan memberi secercah jawaban buat otakku yang sok logis ini.

Puasa itu sama kaya olahraga sebenarnya. Work out segala macem karena pingin kurus, tapi apa iya sekali olahraga bisa langsung kurus?

Nah begitu pula puasa. Tentu niat orang puasa banyak, tapi seusai ta'rif puasa itu sendiri (Imsak=menahan), aku yakin dasarnya puasa itu melatih buat mengontrol diri. Baik dari segi fisik (kontrol makanan dan hasrat, detox, mengistirahatkan sistem pencernaan) maupun kejiwaan (spritual, sabar, mental).

Sekali puasa, apa bisa langsung jadi orang super bijak dan bisa memanage diri dengan baik? Kayanya nggak juga. Perlu banyak latihan dan kontemplasi mendalam.

Puasa itu kan syaratnya adalah menahan diri dari keinginan biologis tubuh, nah otomatis di situ ada proses detox (dan penyucian tubuh kali ya/ takholli). Proses detox ini kan bikin lemes karena ga ada pemenuhan fisik yang masuk, makanya kadang aku suka lemes dan ga mau ngapa-ngapain pas puasa.

Tapi sebenernya kuncinya di situ. Ketika tubuh/fisik tidak mendapat asupan, maka yang bisa diusahakan adalah mengisi asupan kejiwaan/psikis. Ketika aku mencoba untuk memasukkan unsur-unsur seperti belajar dan ngaji (tahalli)ke dalam tubuhku, wah, pikiran jadi benderang! (Dalam artian; emosiku lebih stabil daripada hari hari biasa). Keren sekali, ya.

Jadi, rumusnya puasa itu:
Takholli (mengosongkan diri dari keinginan biologis/fisik) + Tahalli (mengisi dan menghiasi diri dengan asupan-asupan kejiwaan/psikis)

Hasil: puasa jadi lebih menyenangkan dan memberi makna tersendiri.
(Meski memang capek, mulanya berat dan butuh effort, but ga rugi si kalo mau coba-coba. )

Senin, 13 Juni 2022


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar