F Malam 23 dan keheningan - Satpam Abbasea

Malam 23 dan keheningan






Mendengung. Telinganya mendengung. Bunyi mesin pompa air itu menggentayangi Emeralda dari siang hingga siang lagi. Yang membuat hatinya paling gusar bukan karena suara dengungan itu menggema di kamarnya, bukan juga karena orang serumah tetap santai tertidur nyenyak bagai tuli, atau karena kemungkinan bahwa mesin itu bisa saja meledak jika terus mendengung dan memompa tanpa ada setetes air pun yang dikeluarkan. Bukan. Hatinya paling dongkol sebab membayangkan tagihan air yang pasti akan melonjak sebab mesin itu tak berhenti berputar seharian secara sia sia, membuang uang tanpa keperluan, mengganggunya tidur dan hidup dengan tenang!

Iya, mesin pompa air itu terus berdengung walau saklar air dimatikan. Tetap mendengung walau tak ada satupun kran air yang menyala. "Ini pasti ulah tetangga bawah." Emeralda berkali kali merutuki tetangganya, entah tetangga di lantai dasar atau lantai satu—yang jelas di antara mereka pasti ada biang keladinya. Tak luput juga ia merutuki diri sendiri, juga pemilik flat, beserta seluruh anggotanya. "Kenapa tidak ada dari mereka yang stres dan terganggu! " Sialnya flat kecil itu tak punya grup whatsapp bersama yang bisa ia teror dengan teguran teguran.

Emeralda hanya bisa pasrah menunggu teguran dari pemilik rumah kepada salah satu tetangganya yang lalai itu. Iya, entah tetangga yang mana yang jelas ia sudah bersalah meninggalkan saklar air menyala seharian dan mengganggunya. Itu perlu digarisbawahi. Sebab kali pertama insiden mesin pompa air ini terjadi, ia sudah merelakan dirinya tampil mengetuk pintu tetangganya, sambil terguncang mendengar teriakan keras temannya lalu ditinggalkan begitu saja. Ia hadapi, dan bertanya baik baik apakah nyonya yang budiman itu lupa mematikan air, dan ia ditolak mentah mentah. Tapi setelah ia kembali dengan senyuman kecut, mesin pompa air itu berhenti. Ahqegsvevvdndjdkdmllz.



Ahad, 24 April 2022


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar