F Tulisan buntu, bisa apa? - Satpam Abbasea

Tulisan buntu, bisa apa?

Baru saja makalahku bertambah beberapa kalimat, sudah bingung aku dibuatnya. Buntu. Bisa-bisanya sebuah kalimat yang masuk akal tidak keluar sama sekali di layar laptopku. Apa kemampuanku menyusun kalimat sudah menguap? Aku rasa tidak. Aku hanya tertekan dengan tuntutan teori-teori kepenulisan makalah yang harus kupraktikkan. Tertekan juga oleh pandangan orang lain terhadap tulisanku, yang kubayangkan dengan penuh suuzon. Apalagi rasa inferior yang tak kunjung hilang setiap kali mengingat makalah orang lain dengan bahasa yang begitu tinggi, penuh istilah, tapi tetap enak dibaca dan mengalir sesuai topik pembahasan.

Tuh, kan. Untuk masalah curhat dan berkeluh kesah betapa gampang kalimat-kalimat ini keluar.

Tapi kesempatan menulis kali ini setidaknya lebih mending daripada yang lalu. Pada tulisanku muncul sepercik kepercayaan diri, meski aku tahu nanti makalahku perlu direvisi lagi. Sumber kepercayaan diri itu tak lain munculnya dari pembacaan singkatku terhadap buku "Mengenal Filosofi Islam" yang kubaca ketika baru saja mengumpulkan nyawa.

Meski tidak ada kaitannya dengan topik makalah yang kubuat, buku tadi punya dua fungsi yang tak kalah penting bagi perkembangan keilmuanku. (Meski membacanya di antara sadar dan tertidur)

Pertama, pembahasan yang dirangkum dalam buku tersebut pernah keluar pada pembelajaran maqulat dan pengantar pelajaran itu di kelas yang kuikuti. Jadi, aku rasa pembahasan serupa bakal keluar lagi dan buku tersebut membantuku memahami pembelajaranku nantinya.

Kedua, oleh karena pembahasan yang diangkat dalam buku cukup serius dan ilmiah, tentu bahasa yang digunakan penulis adalah bahasa baku (lengkap dengan istilah-istilah dibuku tadi yang berceceran di setiap halamannya). Penggunaan gaya bahasa yang baku dan ilmiah membantuku dalam menyusun kalimat-kalimat yang hendak kutulis di makalah.

Gambarannya sama ketika seseorang hendak belajar menulis. Bacalah banyak buku dan coba tiru gaya bahasa yang digunakan penulis dalam menuturkan karya. Baca-tulis, baca-tulis, begitu terus hingga seorang pemula tersebut menemukan kekhasan gaya menulisnya sendiri.

Jadi, ketika dihadang kebuntuan dalam menulis bisa apa?

Bisa istirahat sejenak dan baca buku. Tentu ini berlaku bagi berbagai buku yang hendak dibaca, karena ada empat hal pokok yang bisa diambil dari sebuah buku, terlepas dari jenis genrenya.

Dua hal sudah kusebutkan sebelumnya; isi mendetil yang dipaparkan dalam buku dan gaya bahasa penulis.

Dua lainnya adalah ide (berupa isu/topik yang diangkat) dan alur kepenulisan (mencermati bagaimana penulis membawakan ide yang diangkat, dari mulai judul, ke prolog, isi, hingga epilog).

Semoga kebuntuanmu terobati, kawan.

Kamis 24/02/2022


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar