F Sanak Bersaudara di Pinggir Lapangan Bola - Satpam Abbasea

Sanak Bersaudara di Pinggir Lapangan Bola

Bapak tua pembawa cup
Rumah rumahan sebelum digusur
Segerombolan orang membawa makan
Mereka makan dg lahap

Matahari sudah  tinggi ketika kami sampai di Darrosa. Undangan kajian sebenarnya sudah satu setengah jam yang lalu, namun kami datang ngaret sekali (padahal aku yang bikin undangannya). Ini pasti karena kegiatan kajian kali ini fleksibel, jadi aku tak begitu merasa bersalah atas keterlambatanku.

Seorang senior menyapa di pertengahan jalan, "Ngapain pagi-pagi sudah ke Darrosa?"
Aku nyengir. "Tuh, kan. Aku yakin masisir juga baru pada bangun." Sambil membatin, sambil bersenandung pula aku, mataharinya cerah, sweater warna-warniku tak kalah cerah.

Di ujung sana, sebuah lapangan futsal dengan tulisan Nadi Qoumi sudah nampak. Di sebelah kanannya, jalanan beregelombang bekas galian dengan batako yang berserakan masih begitu-begitu saja wujudnya sejak dua minggu diitinggalkan tukang. Sebuah jalan utama menuju pusat peradaban masisir; Khodrowi, Kanisah, Aslan, wujudnya sungguh absurd. Tapi tak jadi masalah, motor dan bemo saja bisa melaju bagai di sirkuit, apalagi kami yang sekadar jalan kaki.

Di pertengahan jalan yang batakonya tidak rata itu, aku menangkap geliat geliat lucu dari makhluk kecil di sebelah kanan. Berbatasan langsung dengan tembok lapangan. Dua atau tiga ekor anak anjing yang meregangkan badan di antara susunan batako yang melingkar. Aw, lucu sekali.

Salah seekor dari mereka tampak lucu, bersandar di antara dua buah batako berjajar, tapi wajahnya memelas. Rupanya ia terjepit. Aku ragu untuk menolong karena takut ia akan berlari ke arahku. Tapi wajahnya yang memelas membuatku tidak tega. Akhrinya kuberanikan diri mendekat, dan kelonggarkan batako yang mengganjal lehernya dengan kaki.

Namun ternyata dia malah membenamkan lehernya ke antara dua batako lagi, wkwk. Dari situ aku berasumsi mungkin dia memang hobi begitu. Jadi, kutinggalkan ia bersama saudara-saudaranya berjemur sambil menjepit leher di batako lagi.

Saat aku menoleh memastikan kembali sanak bersaudara anjing itu, tiba-tiba seorang bapak- bapak datang dengan dua buah cup bekas mie dan kusyari. Salah satunya diisi dengan air, sebuah wadah lain sepertinya berisi makanan. Beliau bersimpuh di hadapan anak-anak anjing itu sambil tersenyum bagai bapak yang pulang membawa oleh-oleh untuk anaknya.

Aku lega. Anak-anak anjing itu bertemu orang yang, tepat.

Di sore hari saat aku hendak pulang, aku lebih terkejut lagi. Batako yang tadinya hanya berserakan melingkar, kini sudah rapi  dibentuk bagai rumah anjing lengkap dengan karung yang menaungi di atasnya.

Keesokan harinya, mereka terlantar. Namun, lagi-lagi di sore hari ada orang baik yang datang berkunjung. Mereka membawa ayam 🥺 semoga kalian sehat sehat yaa krucil!

Selasa 22/02/2022


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar