F Go out and take a small talk with native! - Satpam Abbasea

Go out and take a small talk with native!













Sebuah pagi yang ternyata terlalu dini untukku berangkat setoran. Belum genap jam menunjukkan pukul delapan, aku sudah berada di tengah-tengah jalan pasar Guriya menuju Bab Zuwaila. Hari ini aku rasa bisa berangkat kuliah lebih pagi dengan menyetorkan bacaan Quran duluan, tentunya dengan mengorbankan ritual tidur pagi kesukaanku.

Buku-buku diktat dan kajian sudah terbaring rapi di tasku, siap untuk dipelajari, hingga aku baru menyadari bahwa hari ini harusnya bukan jadwalku untuk kuliah! Ada kelas shorof yang harus kuikuti pada jam sepuluh, lalu buat apa diktat itu kubawa, bukannya menyiapkan buku untuk kelas shorof. Lebih nahas lagi, aku sudah sengaja datang sangat pagi. Ya walaupun itu tidak buruk juga.

Akhirnya, 'nyantuy' kupilih sebagai jalan ninjaku. Toh, aku juga tak akan berepot repot mengejar bis ke kuliah.

"Ba.. Ba.. @$&@'#.." Sebuah suara yang tiba-tiba mampir ke kuping kananku.

Oh, seorang makhluk kecil bergigi dua melambai-lambai ke arahku. Selanjutnya giliran mamanya menyapa, mencium putrinya lalu tersenyum padaku.

"Enti amlah eih? "

"Alhamdulillah kuwaisah, wenti amlah eih?"

"Alhamdulillah, alhamdulillah.. Enti tunawwarriina.."

Kami merasa terhormat dengan kedatanganmu ke tanah Mesir, begitu omongannya kuterjemahkan. Sama-sama tersenyum, kami berjalan beriringan.

"Baa.. Baa.. " Bayi itu mengintip padaku, sebentar kemudian sembunyi lagi di gendongan ibunya. Tangannya yang memegang secuil sibsi menggapai-gapai ke arahku.

"Hiya taqul eh? "

Si ibu bingung, mengernyitkan dahi memastikan pendengarannya. "Eh?"

Aku mafhum, mengoreksi logat bicaraku, untuk mengetahui si bayi bicara apa, tentu harus kutanyakan dengan logat mamanya pula. "Heya bit'uul eh?"

Sekejap sang mama kaget dan dengan gamang berkata, "Heya musy bit'uul syei'.. " tapi kemudian tersenyum, "nawwartiina.."

Aku hanya tertawa kecil. Sejatinya aku tidak terlalu dengar si Mama bicara apa. Tapi si bayi di gendongannya terus saja tersenyum, melambai-lambai. Tentu saja bayi sekecil dia mana mungkin sudah lancar bicara, mungkin maksud kata Baa Baa yang keluar dari mulutnya adalah ungkapan sambutan; senang bertemu denganmu.

"Heya (andeha) kam sanah? "

" Andeha sanah."

"Sanah?"

"Oh.. sanah we syahr. "

Bayi yang sudah pandai menyapa itu rupa-rupanya baru berumur setahun lebih satu bulan.

"Enti bit'rafin hagah masreyyah.. " Setengah bertanya sang mama memastikan bagaimana bisa aku menimpali ucapannya.

Aku terkikik tipis, "La' .. "

Sang mama tidak percaya. "Bitfahmin kulli kilmah.."

"Hahah, bas ana afham aktsar min el arobeyya el fusha.." Yah, sejujurnya aku hanya memahami kosakata umum yang diucapkan penduduk lokal dengan intonasi yang lambat. Berbicara bahasa Arab Fushah tentu lebih memahamkan penduduk asing.

"Arobeyy el fusha.. enti bit'drus hena?"

"Oh.. darastu fil azhar. "

Sang mama mengangguk paham, tentu mayoritas warga asing kuliah di Al-Azhar. "Kulluku bit'drasu fil azhar, wehna b'hibbena el azhariyy. "

Aku mengangguk takzim. "Alhamdulillah.. "

"Alhamdulillah, aiza hagah? " Sebuah pertigaan hendak memisahkan kami. Sebelum berpamitan ia menawariku, apakah ada yang bisa ia bantu.

"Bas, khols syukron. "

"Rabbena yuwaffa'ku InsyaAllah.." Semoga Allah melancarkan langkahmu.

"Yaa.. Rabb.. "



Selasa, 26 Oktober 2021


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar