Kamis, 31/12/2020
Sungguh-sungguh pengalaman yang sangat baru bagiku. Ujian bagai perayaan. Yang pembukanya adalah masa libur. Tawaqquf panjang. Tak kurang dari tiga Minggu.
Majelis belajar ramai dan menjamur. Peminatnya berbagai macam. Dari privat, bimbel, sampai tentor sebaya semuanya laris manis. Mau belajar dari pagi hingga pagi, bisa. Kelakon!
Menyenangkan bisa belajar seperti ini. Tidak seperti ujian-ujian sebelumnya yang hanya dikebut dalam satu malam.
Tidak juga seperti dulu, yang belajarnya selalu sendiri dan bingung tanya siapa.
Kali ini semua sepakat bahwa ujian harus dirayakan.
Dengan belajar, belajar, dan belajar!
Doa!
Sedekah!
Berbuat baik!
Ah. Keren sekali. Semua tidak cukup hanya dengan paham satu dua topik dalam buku. Hapal teks juga kunci berhasil melalui ujian.
Tapi nanti ada yang bilang,
Ah, apa itu, masa belajar cuma buat ujian?
Ah, kolot banget, ujiannya masih pake hafalan ta'rif?
Tolong, ya. Yang berpikiran seperti itu, diubah cara pandangnya.
Ini bukan tentang belajar karena besok ujian atau tidak. Ini murni kegiatan belajar yang merupakan tujuan asli semua orang datang ke sini. Terus apa masalahnya jika belajar untuk ujian? Memang ada ruginya?
Yang dzolim itu ketika ngomong seperti itu dan malah nggak belajar.
Dzolim itu tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jangan sibuk mencela sana-sini sementara yang lain sibuk belajar. Salah tempat namanya. 🤦
Terlepas dari itu, aku sungguh bahagia dan bersyukur, akhirnya bisa tahu dan menyaksikan sendiri bagaimana otakku bekerja menyerap pelajaran.
Selama ini, belajar terasa mudah karena disampaikan dengan bahasa Indonesia. Semua materi bisa masuk ke otak meski hanya numpang dengar sekali.
Beda.
Di sini, materi disampaikan dengan bahasa Arab yang cukup asing. Dengan dialek khas Mesir yang sudah pasti cepat pelafalannya.
#Masuk kuliah hari pertama, tolong. Otakku no respon! 🤣
Belajar ilmu baru. Mantiq yang sama sekali asing. Selalu melongo berusaha paham meski sebenarnya dongkol—kenapa ngga masuk otak, sih?
Sampai akhirnya, pelajaran Mantiq yang bikin dongkol itu diulang lagi, di tempat dan kesempatan lain, barulah otak ini paham, dan mulai bisa mencerna. Bahkan, tulisan-tulisan yang kugores sambil melongo bisa tergambar jelas sedikit demi sedikit sampai akhirnya terang benderang!
Sungguh ajaib. Ternyata begini cara kerja otak! Maasyaallah, terharu.
lah endi updatenya
BalasHapus