F Ziaroh Mit Ghamr-Thantha - Satpam Abbasea

Ziaroh Mit Ghamr-Thantha

Makam Syekh Mutawalli Sya'rowi
Stasiun Mit Ghamr
Bocah-bocah di langit Mit Ghamr :)
Tempat duduk stasiun Mit Ghamr
Masjid makam Sidi Ahmad Al-Badawi
Thantha

Rabu, 27 Januari 2020

Kairo

Pagi itu kami tiga serangkai turun dari tremco dengan tas melembung dan barang-barang jinjing. Berlari menemui rombongan. Dari Ramsis kami jalan ke arah pintu masuk stasiun. Dari jalan situ, naik tremco ke terminal tengah jalan. Naik tremco lagi ke Mit Ghamr. Dari mahattoh itu jalanan Mesir terasa jalur Pantura; Gresik, Lamongan, Bojonegoro. Jalan bagai tol lurus tanpa cabang. Kami melintasi jalan dari beton. Abu-abu. Kanan kiri kebun hijau yang bisa-bisanya terlihat sangat mirip dengan sawah di pinggiran tol.

Perjalanan yang lama itu kami tempuh dengan tremco isi 15 orang. Biasanya, untuk jarak tempuh lebih dari satu jam begitu, kami naik bis. Itu jika di Indonesia.

Mit Ghamr

Tujuan pertama ziaroh adalah ke makam Syekh Mutawalli Sya'rowi di Daqodus, Mit Ghamr, Daqahliyah. Kartu pelajar kami diperiksa. Makam itu memang sebenarnya tutup, tapi penjaganya dengan baik hati mempersilakan kami masuk. Jauh-jauh dari Kairo katanya.

Dalam waktu setengah jam yang dijanjikan, kami masuk ke area makam. Disambut senyum ibu-ibu yang menawari kami kamar kecil—rupanya beliau hapal peziarah Indonesia tak bisa jauh dari kamar lecil.

Kemudian kami masuk ke pesarean, membaca tahlil dan doa. Selesai berdoa, kami ijin makan siang di tempat duduk depan makam. Menggelar plastik makan, menumpahkan nasi, tempe kecap, telur dan weci, dan hap. Kami makan lesehan. Hmm.. rasanya bagai ziaroh wali songo.

Setelah kenyang, kami beranjak. Naik bajaj Mesir ke stasiun kereta. Langit biru menghampar. Stasiun kereta dengan rel-rel panjang berkarat. Kuning biru dengan kicauan burung. Kami menunggu dalam sepi. Tahu kereta yang ada di spirited away? Ya. Kurang lebih begitu. Atau, lebih mirip stasiun Singosari sebenarnya. Damai dan syahdu.

Kami naik kereta kambing dari Mit Ghamr ke Thantha. Kereta yang karcisnya hanya 1 le. Bahkan permen bisa lebih mahal. Atau sebenarnya kau bisa nyelonong masuk tanpa tiket. Toh petugas karcisnya nggak ada. Ngomong-ngomong, namanya kereta kambing karena katanya kambing bisa ikut masuk gerbong bersama penumpang. Sayangnya aku belum sempat bertemu kambing. Hanya ada pedagang asongan berlalu-lalang.

Thantha

Thantha itu berwarna coklat. Angin campur pasir halus menyergap kami yang baru saja keluar dari stasiun. Debu di mana-mana. Kami memicingkan mata sambil sesekali mengerjap menembus angin berpasir. Berjalan lurus ke jalan depan stasiun. Di ujung sana, Masjid coklat ditimpa cahaya sore menyambut kami. Di dalamnya ada makam Sidi Ahmad Al-Badawi. Sayang masjid besar itu ditutup. Kami mengheningkan cipta berbaris di luar. Memanjatkan Al-Fatihah.


CONVERSATION

2 komentar:

  1. Seakan baca cuplikan novel. :D

    Good job, mb Nadia. Lanjutkan ya!

    BalasHapus
  2. Tetaplah ngeblog (menulis), Mbak Nadia. Sesekali ngevlog.

    BalasHapus