F Delapan Puluh Dikali Nol itu Nol - Satpam Abbasea

Delapan Puluh Dikali Nol itu Nol

Di Depan Wisma Nusantara, Rob'ah

Senin, 30 November 2020

فاقد الشَّيء لا يعطيه

"Orang yang tidak memiliki (ilmu pengetahuan) apapun, tak (mungkin) dapat memberikan sesuatu."
Begitu kata ustadz Rizal di tengah-tengah syarah beliau saat mengajar bimbel Ushul Dakwah.

Aku cuma diam.
Tadi siang—di penutupan Olimpiade Bahasa Arab, Bapak Perwakilan KBRI juga menyampaikan hal yang mirip.

"Keterampilan bahasa yang bagus tanpa diikuti ilmu pengetahuan yang luas itu tidak mencukupi.
Kemampuan bahasa yang baik saja tidak akan bisa membuat kita menyampaikan dengan baik apa yang ada dalam benak ini."

Sepertinya begitu kata-kata yang aku tangkap. Kemudian beliau menantang kami. Hendak membuktikan pernyataan barusan.

"Siapa yang ada di sini, yang berani maju ke depan untuk berbicara, tapi topiknya saya yang menentukan. Hayo, siapa yang berani?"

Panitia bersahut-sahutan menyebut nama ketua angkatan. Optimis.

"Baik. Siapa yang berani dan bisa maju untuk berbicara di depan, sini. Maju.Topiknya ... Revitalisasi Diri ... — wasweswos"

Seketika setelah kalimat "topik" disebutkan, pendengaran kami kabur. Telinga kami dijejali istilah aneh.
Ruangan hening sejenak, kemudian riuh dengan seloroh pesimis.
Aku sendiri, sedetik setelah kalimat beliau selesai, tidak ingat apapun. Tadi beliau bicara apa?

"Ayo, sini. Maju. Pake Bahasa Indonesia lho, bukan Bahasa Arab."

Kami, seluruh hadirin yang menonton, bergeming.

"Nah, itu tadi hanya contoh.
Jadi betul, kan? Jika kalian tidak punya pengetahuan yang luas, menyampaikan sesuatu dalam bahasa sendiri saja tidak bakal bisa."

Saat itu aku nyengir. Ah, bapak ini bisa aja. Sebentar kemudian Bapak KBRI itu melanjutkan ke topik lain yang nggak kalah seru. Tentunya diselingi istilah-istilah bahasa Arab dan Inggris. Mungkin beliau lulusan Gontor. Aku mengangguk mengamini pernyataan temanku.

"Kemampuan berbahasa saja tidak cukup. Untuk menghasilkan kinerja, dibutuhkan motivasi juga. Rumusnya adalah, Kinerja=Kemampuan×Motivasi ..

Beliau melanjutkan dengan antusias.

..Kenapa kemampuan kita harus dikalikan dengan motivasi? Kenapa tidak ditambahkan atau dikurangi saja?..

..Sebagai contoh, ada seseorang dengan kemampuan berbahasa 80, jika dia ingin melakukan sebuah performance, tapi dengan motivasi nol, apa yang terjadi?..

80 × 0 = 0
80 + 0 = 80
80 – 0 = 80

..Contoh paling logis adalah yang pertama.

..Seseorang dengan kemampuan tinggi lagi baik tidak akan bisa menghasilkan apapun jika motivasinya nol! Karena delapan puluh dikalikan Nol itu Nol!..

..Sebaliknya, seseorang dengan kemampuan ala kadarnya, jika dikalikan dengan motivasi besar, bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa!"


Ah, bapak ini lagi-lagi. Aku jadi teringat diri sendiri. Seminggu yang lalu tiba-tiba ditunjuk jadi kontingen Gamajatim untuk Olimpiade Bahasa Arab. Dengan persuasi yang kurang membujuk akhirnya aku ikut karena kasihan. Aku tahu betapa susahnya jadi panitia yang sudah repot-repot bikin lomba tapi tak ada yang datang. Pun dengan perasaan pengurus angkatan yang bingung cari peserta sana-sini.

Dengan bekal teks pidato yang berseliweran di internet, google translate dan pengalaman muhadhoroh di Ma'had MAN 1 Kota Malang aku maju ke atas panggung.

Tentunya kemampuan itu dikalikan dengan motivasi diriku untuk berusaha 'setidaknya menyampaikan kalam', juga motivasi yang super besar dari teman-teman Gamajatim yang hadir mendukung.

Tanpa disangka aku mendapat juara tiga!
Bukan nominal hadiah yang membekas dari pengalaman lomba ini. Tapi, aku jadi tahu ternyata aku bisa tampil dengan baik, juga betapa besar dukungan dan apresiasi teman-teman keluarga Jawa Timur kepadaku.

Mantapplah pokoke arek Jawa Timur 👍


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar