Ahad, 02 April 2023 (hari pertama)
Dauroh kali ini dilaksanakan tiga hari berturut-turut. Membahas muqaddimah tafsir Al-Kassyaf 'an Haqaiq at-Tanzil wa 'Uyun al-Aqawiil fi Wujuh at-Ta'wil milik Imam Az-Zamakhsyari.
Imam Az-Zamakhsyari dikenal sebagai ulama yang ahli dalam bidang sastra Arab dan balaghah, dan keutamaan tersebut sangat tampak dalam tafsir yang beliau garap. Seperti yang sering didengungkan di berbagai kesempatan, setiap kitab tafsir memiliki coraknya masing-masing sesuai dengan kecondongan ulama penyusunnya. Ada kitab tafsir yang dibedah dengan pendekatan tasawuf, filsafat, fiqih, dll. Begitupula kitab tafsir Al-Kassyaf ini pun punya coraknya sendiri; ayat-ayat di dalamnya dibedah melalui pendekatan gramatikal yang luar biasa.
Hal ini dengan tegas diungkapkan dalam baris pertama dari muqaddimah tafsirnya,
الحمد لله الذى أنزل القرآن كلاما مؤلفا منظما..
"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Alquran sebagai Kalam yang tersusun nan sistematis."
Frasa 'Alquran sebagai Kalam yang tersusun nan sistematis' ini menyiratkan pisau analisa yang akan digunakan oleh Az-Zamakhsyari dalam mendedah firman-Nya, yaitu ilmu Maani dan Bayan.
Ilmu Maani berfokus pada kandungan kalimat (madhamin al-kalam) dan gaya bahasa (uslub) yang digunakan pada ayat. Sedangkan ilmu Bayan akan menguak format (taswir) kalimat yang muncul pada setiap ayat.
Berikut contoh penggunan ilmu Maani
1) Pada al-Baqarah: 257
(الله ولي الذين آمنوا يخرجهم من الظلمات إلى النور والذين كفروا أوليائهم الطاغوت يخرجونهم من النور إلى الظلمات .. )
"Allah pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan pada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya pada kegelapan.. "
Di sini kalimat pertama di awali dengan mubtada' berupa lafaz jalalah (Allah) sebagai pelindung orang orang beriman, dan bila dilihat pada kalimat selanjutnya, secara urutan logika harusnya diawali dengan lafaz taghut (setan) sehingga kalimat awal dan kedua bisa menjadi pembanding satu sama lain (pelindung orang beriman X pelindung orang kafir). Tapi mengapa gaya bahasa yang digunakan di sini, lafaz 'orang-orang kafir' didahulukan dan lafaz taghut diakhirkan?
Jawabannya:
للخروج عن هذا النسك لكي لا تقع لفظ الطاغوت في مقابلة لفظ الجلالة
Lafaz taghut diletakkan di akhir karena memang tidak sepantasnya diletakkan sejajar sebagai tandingan lafaz Jalalah.
2) Pada al-Ghafir: 05
(. . وهمت كل أمة برسولهم ليأخذوه..)
"..Dan setiap umat berusaha merencanakan (tipu daya) kepada rasul-rasul mereka untuk mengambil (menguasai) mereka.. "
Mengapa lafaz yang digunakan adalah ليأخذوه dan bukan lafaz lain?
Jawabannya karena lafaz يأخذ lebih umum dan mencakup berbagai lafaz lain yang menggambarkan sikap umat terdahulu terhadap utusan Tuhan atas mereka, mulai dari tipu daya, merendahkan, mengusir, melukai, membunuh beserta segala rupanya. Tidak digunakan lafaz khusus agar tidak membatasi pada satu perbuatan tertentu dari kaum tertentu.
#Perbedaan lafaz
قلت (أنا)
Uslub ikhbar, digunakan untuk mengungkapkan bahwa kalimat ini bersumber dari aku.
أنا قلت
Uslub Radd, digunakan untuk menyanggah keraguan dan meyakinkan seseorang yang sangsi bahwa kalimat ini bersumber dari aku (pembicara).
#Selanjutnya ada fiqih lughah (asal usul bahasa), yang banyak dibahas oleh Imam Ibnu Jinniy.
Perhatikan dua ayat pada surat Maryam berikut ini:
(ألم تر أنا أرسلنا الشياطين على الكافرين تؤزهم أزا) ٨٣
"Tidakkah kamu melihat bahwa sungguh kami telah mengirim setan-setan itu pada orang-orang kafir untuk mendorong mereka (berbuat maksiat) dengan sungguh-sungguh. "
(وهزي إليك بجذع النخلة تساقط عليك رطبا جنيا) ٢٥
"Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon itu) akan menggugurkan kurma yang masak kepadamu."
Lafaz هز dan أز mempunyai makna yang mirip yaitu 'mengguncang' dan 'mendorong'.
Lafaz أز yang punya makna mendorong yang lebih kuat, karena ia tersusun dari huruf alif yang punya makna kuat. Lafaz ini diletakkan pada ayat pertama, pada konteks perkara maknawi; setan menggerakkan pemikiran dan kecondongan orang-orang pada kekafiran. Karena menggerakkan pemikiran itu perkara yang sulit maka diperlukan lafaz yang kuat untuk menggambarkan pergerakan itu ( أز) .
Sedangkan lafaz هز punya makna mendorong yang tidak terlalu keras, karena ia tersusun dari huruf ha' yang punya makna lebih kalem. Lafaz ini diletakkan pada ayat kedua pada konteks mendorong secara material: yaitu mendorong pohon kurma.
*Bisa dikonklusikan bahwa menggerakkan sesuatu yang material akan lebih mudah daripada mendorong sesuatu yang non material, seperti ideologi. Karena benda material tidak akan merespon apapun terhadap segala hal yang diberlakukan padanya, tidak ada kehendak pada benda mati. Sedangkan menggerakkan hal yang non material perlu usaha lebih, karena adanya kehendak dan ideologi pribadi yang harus ditundukkan.
* Adapun setiap bunyi-bunyian yang menjadi sifat dari tiap huruf akan menghasilkan makna tertentu. Huruf-huruf dengan sifat kuat akan menghasilkan makna yang kuat, begitupun sebaliknya. Ini merupakan pembahasan dalam fiqih lughoh.
#Lebih lanjut, dalam muqaddimahnya, Imam
Az-Zamakhsyari membahas lima hal berikut:
1) Pembahasan Ulum Alquran
2) Pembahasan mukjizat Alquran
3) 10 syarat mufassir
4) Latar belakang pembuatan kitab ini.
5) Pandangan-pandangan tentang kitab ini.
***
Jika ada yang kurang tepat, akan dibenahi di kemudian hari, in syaa Allah.
Menerima kritik dan saran xixi
والله أعلم بالصواب
Btw panas banget gais puasa hari ini, sangat menyerap energi.
0 komentar:
Posting Komentar