F Aku akhirnya sampai padamu - Satpam Abbasea

Aku akhirnya sampai padamu

Matahari baru meninggi tapi kakiku sudah lelah. Agenda masih belum tuntas tapi semua orang yang kukontak memberi jawaban nihil. Di bangku taman sidna husein aku mencoba menulis rangkuman tapi tidak berjalan begitu mulus, tinta bulpenku sedikit bocor. Makan buah peach, ah aku sangat ngantuk. Musim panas dengan subuh pukul tiga dan tidur lewat tengah malam sungguh menyiksa mata.

Beberapa temanku lewat dan menyapa, tapi tak ada yang satu agenda, mereka semua masuk ke dalam masjid; hendak menziarahi cucu Rasul. Aku diam saja di bangku taman. Beberapa menit kemudian baru beranjak dan begitu saja hingga gerbang delapan sudah di depan mata.

Marmer putih, bersih, ornamen cantik menyambutku, sebuah lorong pendek dengan kaligrafi biru di atasnya. Di ujung lorong limpahan cahaya berkilat-kilat, kubus emas dengan empat pilar berkilau bermahkotakan kandil kandil bintang. "Ah, benar ini makam sidna Husein?"

Begitu saja tiba tiba aku terduduk di depan pembatas makam, menatap langsung pusara beliau, pemimpin para pemuda surga. Aneh. Di sini begitu gemerlap tapi damai, juga sejuk. Entah angin dari mana yang jelas aku tidak menemukan satupun AC yang terlihat.

Semua orang pagi ini berkumpul pada naungan kubah coklat. Seorang ibu-ibu di sebelahku kepalanya digulung sorban merah dengan baju lengan pendek bergaris merah, serta tasbih yang kutaksir lebih dari dua meter (yang berwarna merah juga). Celak matanya menghitam bersandingan dengan kulit wajahnya yang tidak muda. Aku jadi terbayang mikmak di serial komik donal bebek. Di sela untaian tasbih panjangnya yang menggelegar menyapu lantai itu, rupanya ia juga bisa tersenyum manis dan mengajak main seorang anak kecil yang kebetulan lewat. Ah, ia pasti juga seorang ibu.

Sedang di sisi kiriku, para wanita berbaju kurung warna warni sibuk berdoa dengan khusyuk, tentu sebagaimana pengunjung yang lain. Baju warna warni mereka mengingatkanku pada mukenah baru hari raya. Aku kembali menunduk memencoba menamatkan bacaan doa yang sedari tadi kuisi dengan menoleh kanan kiri.

Ini kali pertama aku menginjakkan kaki di hadapan beliau setelah dua tahun lamanya aku datang ke tanah Mesir dan covid merebak, dan di hadapan beliau aku merasa baik baik saja; tanpa perlu mempertanyakan mengapa seseorang harus berdoa di depan banyak makam, mengapa ada kekosongan dalam doa doa yang kupanjatkan. Tidak. Aku merasa aku baik dan semua pertanyaan itu tidak diperlukan.



Selasa, 24 Mei 2022


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar