F Apa yang ingin dibangun dalam atmosfer kajian? - Satpam Abbasea

Apa yang ingin dibangun dalam atmosfer kajian?

ini beberapa hasil karya kelas memasak kami 🙂🙏






start: Sabtu, 06 November 2021

Entah sejak kapan hari Senin, Selasa dan Sabtu menjadi hari yang dinanti-nanti. Kurasa ada taman bermain di sana, ajang berdiskusi dan melatih retorika.

Dengan catatan, asal ada pembimbing kajianku di sana, kelas diskusi bakal berubah jadi kelas memasak, keluh kesah, namun sekaligus ladang nasihat.

Hari Sabtu; diskusi makalah di hari akhir masa-masa kami menjadi peserta kajian intensif. Sebenarnya kami cukup jengah melihat makalah yang kian hari tidak berkembang dan semakin klise. Tapi mau tidak mau seluruh anggota kelompok harus maju, mengulang ritme kritikan dan masukan yang entah kapan eksekusinya kami jalankan (btw belom ada yg mulai revisian makalah saking bejibunnya masukan atas makalah pertama kami yang bobrok 🙂)

Makalah hari ini, yang meski judulnya terdengar sangat klise—aku tak bisa menyalahkan penulisnya, karena makalahku sama datarnya, lebih-lebih dikerjakan dalam satu malam. Namun begitu, aku tetap berusaha menjalankan tugasku sebagai moderator (dadakan) yang profesional. I've learned about it at the past. Kalo kata buku tulis SD, "Practices make perfect."

So, banyak sekali kritikan baik dari segi editorial, ide, hingga referensi yang menjadi rujukan. Ya, bisa dibilang sesi diskusi kami kali ini berjalan lebih lancar meski mungkin masih semrawut. Lebih dari itu, yang paling menarik adalah closing statementnya; wejangan khusus dari grand tamu kami, bapak pembimbing senior yang sudah 20 tahun tak pernah pulang kampung, kak suhe.

Menanggapi makalah kami yang sangat klise, beliau membuka wejangannya dengan kalimat,

بقدر ما تعتني تنال ما تتمنى

"Sejauh mana kamu memberikan perhatian terhadap sesuatu, maka seperti itulah hasil yang akan kamu dapat."

Kami semua terhenyak. Memang, benang merah dari segala masalah permakalahan yang tak kunjung usai itu adalah kurangnya fokus dan keseriusan kami dalam menggarapnya. Sesungguhnya sebuah makalah itu (begitu pula dengan berbagai hal lain yang ingin dicapai) adalah proyek besar, yang mata rantainya akan semakin kuat jika jalinan dan pokoknya kokoh.

Sebuah makalah; sebagaimana yang jamak diketahui, adalah karya ilmiah yang pondasinya (semestinya) adalah data-data yang akurat dan faktual. Sementara proses untuk mencari dan menyusunnya tidaklah instan—asal comot sana sini, dikerjakan ala kadarnya tanpa konsep, dikesampingkan, serta dikerjakan buru-buru, tidak.

Makalah itu bakal berisi banyak kecacatan!

Lebih jauh dari itu, beliau berkata bahwa rangkaian kegiatan yang sudah kami jalani selama ini, sejatinya ingin membentuk sebuah kebiasaan baik yang nantinya membentuk karakter kami.

Sebagai contoh:
Makalah dituntut untuk paripurna; dengan begitu prosesnys selalu mengundang celah untuk diperdebatkan—selain menandakan bahwa kita ini makhluk yang jauh dari kata sempurna, punya makna yang lebih dalam.

Hal pertama yang ingin disampaikan dan dibentuk dari proses tersebut adalah dorongan untuk membaca berbagai literatur. Sebuah topik yang hendak diangkat dalam makalah memerlukan lebih dari satu judul literatur sebagai referensi. Di sana, upaya pemahaman terhadap naskah menjadi kunci utama. Ada berbagai sisi yang perlu diulik lebih dalam, dikembangkan dalam ide, sehingga dapat tersampaikan dengan baik dalam makalah. Tentunya, pemahaman menyeluruh terhadap topik akan membantu pemakalah dalam menjawab segala pertanyaan yang mungkin dilontarkan oleh peserta diskusi nantinya.

Lalu bagaimana cara memahami literatur yang dominan tersedia dalam bahasa Arab?

Kamus. Tidak ada hal paling fundamental dalam memahami berbagai literatur berbahasa asing selain merujuk pada kamus. Toh, zaman sekarang, akses kamus lebih mudah dan modern; tinggal download, atau berselancar di internet, ketik sebuah kata, voila! ketemu, bahkan kurang dari sepersekian detik. Bila mau dikatakan secara gamblang, agaknya tak perlu lagi beli berbagai kamus yang beratnya berkilo-kilo, tidak portable, dan harus bolak-balik halaman sampai lecek untuk mencari satu kata saja. Namun nyatanya kemudahan bukannya membuat orang semakin maju, pelajar malah makin lalai dan terdistraksi!

Biasakan juga untuk latihan baca dan mendengarkan hal-hal berbau bahasa Arab tiap hari. Kata beliau, dulu dalam satu hari selalu ada target baca yang harus dicapai, begitu pula dengan latihan mendengar bahasa Arab sebelum dan sesaat setelah bangun tidur. Hal tersebut tentunya untuk merangsang mata, telinga, dan membuat otak familiar dengan berbagai kata tadi.

Hmm oke, kembali ke topik.

Hal kedua yang ingin dicapai masih berkaitan dengan literatur. Upaya penggalian pemahaman terhadap sebuah topik, harus berdiri pada motif kemandirian. Maksudnya, jangan menunggu seseorang membacakan terjemahan dari bahasa asingnya ke telingamu. Tanam inisiatif dan keingintahuan dalam dirimu, lalu membacalah dengan bebas dan berapi-api.
Sekali seseorang terbiasa dan mampu untuk membaca secara mandiri, gerbang ilmu pengetahuan yang lain pun terbuka dengan sangat lebar.

(I know that's kinda overreacting and may trigger many questions, so I decide to make that 'self reading topic' a separate discussion, soon—in syaa Allah)

Kemudian, ketika proses pembentukan makalah telah usai dan makalah sudah rampung dalam wujud cetaknya, ada proses kedua berupa presentasi makalah yang berfungsi sebagai ruang diskusi. Untuk menciptakan sesi diskusi yang 'hidup dan kaya' diperlukan dua kebiasaan yang telah disebutkan di awal; penggalian terhadap topik dan pembacaan mandiri pada berbagai literatur yang mendukung topik tersebut. Maka merupakan sebuah hal yang sangat disayangkan ketika pemahaman terhadap makalah yang hendak didiskusikan hanya dibebankan pada penulis makalah seorang. Diskusi bisa tersendat, bahkan lebih parah; mati. Dalam artian, jangan sampai untaian kritik yang diberikan tidak lebih dari argumen kosong belaka. Diskusi makalah bisa-bisa kehilangan atmosfer keilmuannya!

Di sini, kecakapan yang ingin dibangun adalah kecakapan dalam beretorika, baik itu dari segi pemaparan tulisan dalam makalah maupun penyampaian secara langsung dalam presentasi. Ujung tombak dari tersampaikannya segala konsep yang terangkai sistematis dalam kepala adalah seberapa mampu ia membuat orang lain paham—melalui lisan dan tulisan, dua hal yang saling berkelindan dan tidak bisa dipisahkan. Percuma juga seseorang yang tulisannya bagus tapi penyampaiannya kurang, audiens bisa gagal paham. Begitupula sebaliknya.

Nb: yaa, kurang lebih begitu pemahaman saya terhadap apa yang disampaikan kak suhe dalam diskusi makalah kemarin. bila terdapat kesalahan semata-mata karena saya pribadi.

finish: Selasa, 09 November 2021


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar