F Bahagia Mengerjakan Hal Sia-sia - Satpam Abbasea

Bahagia Mengerjakan Hal Sia-sia


Satpam abbasea



(25/09/2020)

Membaca buku ini rasanya muak di awal namun ternyata ujung-ujungnya saya bisa dibuat tertawa juga—dengan getir.

Ekspektasi yang saya limpahkan pada buku ini setelah melihat judul dan gambar covernya adalah, "Barangkali buku ini bisa menjadi tameng dan pembenaran atas rasa malas serta hari-hari yang saya lalui dengan sangat tidak produktif ...."—nyatanya tidak.

Bukan tidak benar seutuhnya sih. Cuma, yang perlu diingat, buku ini tuh bukan buku motivasi, sayang ... 😭 Bukan juga novel atau  cerpen.

Buku ini—setelah saya khatamkan halaman terakhirnya —barulah saya ngeh kalau ini adalah kumpulan tulisan mbak Prima Sulistya, mantan pimpinan redaksi website Mojok, yang dibukukan. (Pantes ceritanya absurd gaada nyambung-nyambunge blas).

Topik yang tidak familiar dengan bahasa yang rumit di halaman-halaman pertama membuat saya gak betah untuk melanjutkan. Benar saja, nyatanya memang buku ini baru berhasil saya khatamkan setelah berminggu-minggu naik-turun kasur.

Hanya saja, ada sebuah tulisan menggelitik yang membuat saya salut dan bersimpati sehingga memutuskan untuk melanjutkan membaca buku ini—tadinya ga mau baca sampe selesai dan dikembalikan begitu saja.

Di situ mbak Prima—awalnya saya kira yang nulis bapak-bapak, soalnya humornya aneh—menceritakan perjuangan dia sebagai editor dan mengungkapkan betapa sia-sia dan melelahkannya pekerjaan itu. Buat apa KBBI dan EYD terus dirombak kalau rakyat Indonesia yang perhatian dan mau menulis dengan benar hanya segelintir orang saja.

Saya tertawa miris membacanya karena di saat bersamaan saya ada di posisi yang hampir mirip; menjadi seorang editor yang dikejar deadline menyelesaikan editing naskah-naskah raw—yang tulisannya acakadulwawgautaulagideh.

Puyeng. Segitu gak perhatiannya para penulis ini saat pelajaran bahasa Indonesia .... 😭 Bikin editor sumpek dosa, loh.

Rasanya ingin menghujat. Tapi kata cicik Prima dalam bukunya, kita sebagai editor yang budiman memang kerjanya kudu sabar menghadapi ketidaktahuan orang-orang, dengan telaten memberi tahu bahwa tanda baca ini salah, penulisan yang benar seperti ini-seperti itu dan bla ... bla ... bla ...

Lalu sesudahnya kita patut berbangga atas terbitnya naskah rapi dengan tanda baca yang benar dan enak dilihat mata hasil jerih keringat usaha kita. :')

After all, senang juga rasanya mengenal pribadi unik pengarang buku ini, mbak Prima Sulistya yang katanya cicik gadungan. Sedikit banyak saya jadi tahu banyak hal absurd, repotnya kerja di media online, juga tahu hidup saya mungkin bakal seperti apa jika terus melanjutkan di dunia tulis-menulis ini.

Terimakasih dan salam hangat dari saya mbak .... :)


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar