F Kenyataan yang Sebenarnya - Satpam Abbasea

Kenyataan yang Sebenarnya

Abbasea - nnk

Di malam badai naga yang menjadikan kota kecil ini bagai kota mati, aku menyadari satu hal penting.

Tentang betapa pelit dan tidak bersyukurnya aku.

Betapa selama ini, aku ternyata tidak benar-benar memandang ke bawah terhadap urusan harta.

Hanya karena air tiba-tiba mati, dan kami lalai bersiap-siap, aku secara spontan terus mengeluhkan ini-itu. Padahal listrik dan WiFi masih tetap ON, dan aku masih bisa beli air mineral untuk kebutuhan WC.

Tapi aku masih pelit dan perlu pikir seribu kali untuk memberi, masih sering menyangka bahwa para pengemis itu sebenarnya "tidak benar-benar butuh dan masih mampu bekerja". Masih buta bahwa di luar sana ada yang setiap harinya tak perlu menunggu badai untuk kekurangan air untuk sekedar mandi, tak punya rumah untuk berlindung di siang terik dan guyuran hujan, apalagi badai.

Ditambah lagi kenyataan bahwa, ternyata aku begitu boros!

Ketika barusan aku—dengan terpaksa—tahu bahwa urusan buang air kecil bisa diselesaikan dengan sebotol air ukuran 1,5 liter dan batinku berucap,

" Airnya kurang dari biasanya.."

—sambil cemberut— di situlah letak kesalahanku sesungguhnya.

Jadi selama ini berapa banyak air yang sudah kuhabiskan untuk pergi ke kamar mandi jika 1,5 liter saja hanya cukup untuk buang air ala kadarnya?

Ighfir Lanaa yaa Rabb...


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar