F Usaha membuat sastra (lagi) - Satpam Abbasea

Usaha membuat sastra (lagi)

Terkadang jalinan takdir itu lucu, di satu waktu berkelindan tumpang tindih jadi sumpah serapah. Di kali yang lain bertumpuk indah jadi bunga-bunga bahagia. 


Aku bersyukur pernah meminjam fantasteen milik Tiwi pada pergantian jam di kelas tiga smp saat itu. Pertanyaan seputar novelnya yang berasa novel terjemahan, kabarnya, caranya bercanda dan bertutur kata, proses kreatif, bagaimana ia memandang karyanya, hingga penulis favoritnya aku jadi tahu. 

Semakin dikenal banyak orang, semakin aku mengenalmu juga kak. Turut bahagia. 


Lucu sekali, dua tugas yang berbeda, obrolan di lain sisi bisa bertemu dalam channel penerbit KPG. Luar biasa. Dari Platon vs Hegel hingga Tiga dalam Kayu. 

Aku diingatkan kembali bahwa menulis sastra berkebalikan 180 derajat dengan menulis karya ilmiah. 

Untuk membuat karya ilmiah yang baik aku dituntut untuk menjelaskan segalanya secara gamblang, urut dan tersistem a sampai z tanpa ada celah. Argumen harus kokoh dan memahamkan tanpa ambiguitas. 

Sedangkan karya sastra akan lebih indah jika segala hal dijelaskan melalui pinjaman, bukan menjelaskan dirinya sendiri secara gamblang. Ada bagian-bagian yang sengaja diputus atau disamarkan, sehingga setiap pembaca punya ruang untuk menemukan maknanya sendiri dalam pembacaan sastra. 


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar